PEMILIHAN KETUA TANFIDZIYYAH PCNU JOMBANG  AKAN MENGGUNAKAN SISTEM AHWA, BAGAIMANA PENDAPAT PARA TOKOH MUDANYA

PEMILIHAN KETUA TANFIDZIYYAH PCNU JOMBANG AKAN MENGGUNAKAN SISTEM AHWA, BAGAIMANA PENDAPAT PARA TOKOH MUDANYA



Bherenk.com Rencana gelaran konferensi pengurus cabang nahdlatul ulama kabupaten Jombang mengundang pertanyaan  beberapa tokoh muda NU Jombang, pasalnya konferensi yang rencananya akan di gelar pada awal bulan Juni 2022 itu akan menggunakan sistem AHWA dalam menentukan ketua tanfidziyyahnya, padahal sistem AHWA belum dikenal dan belum diatur dalam aturan organisasi, baik AD ART maupun Peraturan Organisasi, aturan teknisnya itu belum ada.


Rencana penggunaan sistem ahwa dalam konferensi PCNU Kab. Jombang 2022 sudah ditetapkan oleh Steering Committe atau penasehat panitia. 


Katib PCNU Jombang, Ahmad Samsul Rijal menyampaikan, ketetapan tersebut juga sudah disosialisasikan dan direkomendasikan kepada semua perwakilan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) sebagai peserta Konfercab nanti. Sosialisasi diselenggarakan pada Rabu (16/3/2022) di gedung serbaguna PCNU kab. Jombang. (NU Online Jombang, Jumat (18/3/2022).


Menurutnya, ketetapan tersebut sudah melalui diskusi yang mendalam di internal pengurus harian syuriyah dan tanfidziyah. Pertimbangan dan dasar dari ketetapan itu juga sudah melalui kajian serius.


"Dari kajian tersebut telah ditetapkan bahwa pelaksanaan pemilihan dan penetapan anggota AHWA, rais dan ketua PCNU dengan sistem AHWA penuh," kata pria yang pernah nyaleg jadi anggota DPRD Kab. Jombang ini.
  


Menanggapi hal tersebut, H. Maghfur Mujtahid, wakil ketua MWCNU Bandarkedungmulyo mempertanyakan rencana penggunaan sistem AHWA dalam memilih ketua tanfidziyyah saat diadakan sosialisasi Konferensi Pengurus Cabang yang dihadiri pengurus  MWC NU se Kab. Jombang yang dilaksanakan di kantor PCNU di awal bulan Maret lalu.


H. Maghfur Mujtahid atau yang akrab disapa kaji Maghfur ini sempat menanyakan pada Ahmad Samsul Rijal selaku katib dan yang menyampaikan materi sosialisasi,   terkait juklak-juknis penggunaan sistem AHWA pada pemilihan Tanfidziyyah, kalau memang tidak ada dasar aturannya ya jangan coba coba lah, jangan dibuat main main aturan organisasi itu. Kan jelas aturan AHWA itu hanya untuk memilih Rois sementara  pada pemilihan Tanfidziyyah kan masih sekedar wacana dan belum ada dalam AD ART kok sekarang sudah sosialisasi akan menggunakan sistem AHWA.


Bahwa AHWA sebuah gagasan alternatif untuk menghindari madhorot Maghfur sangat  mengapresiasi, namun jangan memaksa untuk  dilaksanakan sebelum ada aturan main di AD-ART.

Sekali lagi tujuan panitia bagus sih,  selain menghindari madhorot yang lebih besar, sistem AHWA juga diharapkan mampu menyelaraskan program program PC dengan MWC dan ranting, namun jika belum ada payung aturannya ya jangan memaksa, tunggu hingga ada perubahan AD ART yang mengaturnya, urai kaji Maghfur.


Berbeda dengan ketua MWC NU Mojowarno H.Habib Ghofir menyampaikan saat diskusi di grup  whatsapp pemuda NU bahwa gagasan panitia Konferensi  PCNU terkait penggunaan sistem ahwa dalam memilih ketua tanfidziyyah itu  adalah baru hasil kajian tim PCNU Jombang, untuk mengelminir madhorot dalam pemilihan ketua tanfidziyyah,  maka sistem ahwa adalah yang terbaik, hasil kajian ini yang akan disampaikan ke PWNU Jatim selanjutnya dibawa ke PBNU, pungkas cak Habib panggilan ketua MWC yang sekaligus kepala desa ini.


Diketahui bahwa sistem ahwa adalah model pemilihan ketua dengan perwakilan, kalau biasanya semua ketua ranting sebagai pemilik suara hadir di arena Konferensi, namun kalau model sistem ahwa suara ranting cukup diberikan di masing-masing MWC, kemudian akan direkap secara keseluruhan saat Konferensi, sistem ini biasanya digunakan untuk memilih syuriyah, sementara di tanfidziyyah belum pernah dilakukan di PCNU manapun karena memang belum ada aturannya. 


Sementara H. Ubaidillah ketika ditanya  terkait keinginan panitia Konferensi PCNU Jombang untuk menggunakan sistem ahwa dalam memilih ketua tanfidziyyah hanya tersenyum, berorganisasi itu ada aturan mainnya, bukan kehendak pribadi sesaat, hanya karena kita pengen memenangkan pertandingan kemudian berupaya menabrak aturan yang ada, ini kurang mendidik bagi kader selanjutnya, urai cak Ubed yang pernah jadi ketua GP. Ansor Cabang Jombang ini. 


Pengusung ahwa terlihat  kentara aroma politisnya, berharap ingin memenangkan kompetisi dengan mudah tanpa bersusah payah, memaksakan ahwa dalam konferensi pemilihan tanfidziyyah itu sama dengan kita berjalan di jalan raya  tidak mengikuti rambu-rambu lalu lintas, mestinya ide ini disampaikan saat konbes agar bisa masuk pembahasan di Muktamar, alurnya terlalu vulgar, saya menyesalkan yang punya gagasan ini, ungkap cak ubed, panggilan akrab H. Ubaidillah.


Kalaupun misalnya, jika nanti benar- benar bisa dilaksanakan dengan sistem ahwa saya yakin hasilnya tidak akan diakui oleh PBNU, kan memalukan itu, kecuali jika AD-ART nya sudah dirubah, dan untuk merubah AD-ART ya nunggu muktamar 5 tahun lagi, padahal Konferensi cabang Jombang tinggal menunggu hari, masak konferensinya mau diundur, cak ubed mengakhiri. (Bher)



Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: