Catatan pinggir, AH Hamdah
Bherenk.com Kabar bahwa tokoh NU Jombang akan menjadi calon wakil bupati, Sebut saja KH Salmanuddin Yazid yang digemborkan akan diduet kan dengan seorang kepala desa yang juga pengusaha kaya dibidang ternak cukup menarik untuk dicermati.
Sontak Santer kabar ini menghiasi jagat medsos lokal Jombang.
Diketahui bahwa KH. Salmanuddin Yazid atau yang akrab dipanggil Gus Salman ini adalah salah satu tokoh Nahdliyyin (NU), mantan ketua PCNU Kab. Jombang sekaligus pengasuh pondok pesantren Babus Salam Kalibening Mojoagung Jombang tentunya sudah dikenal cukup luas oleh masyarakat Jombang, khususnya warga NU.
Kasak kusuk Gus Salman akan diduetkan dengan seorang kepala desa yang juga pengusaha ternak di Jombang sebagai calon wakil bupati ini terus bergulir, sejumlah elemen masyarakat mendorong rencana tersebut, baliho besar bertebaran sepanjang jalan raya se-antero Jombang memajang wajah Gus Salman dengan tajuk Jombang memanggil, baca di https://memorandum.com.
Gus Salman dan para simpatisannya sangat yakin akan diusung oleh salah satu partai besar di Jombang dengan indikator banyaknya baliho yang sudah dipasang di pinggir jalan raya oleh para simpatisannya.
Sementara parpol yang di issuekan akan mengusung untuk menduetkan pasangan Gus Salman dengan pengusaha ternak ini diragukan kesungguhannya, karena rekomendasi yang sudah dikeluarkan oleh parpol tersebut hanya disebutkan untuk calon bupati sementara calon wakil bupatinya diserahkan pada calon bupati yang sudah direkom, kata ketua partai tersebut di beberapa media.
Hal ini sangat ambigu ibarat burung dilepas tapi kakinya ditali. Kenapa tidak sekaligus rekomendasi diberikan keduanya untuk calon bupati dan calon wakilnya.
Jangan jangan hanya test the water, cek ombak, cek sound, dengan alasan elektabitas rendah, maka bisa saja nanti gus Salman tidak jadi dicalonkan sebagai wakil bupati.
Taruhannya ini bukan sekedar anggaran dana yang sudah dikeluarkan oleh calon wakil bupati (gus Salman) atau simpatisannya, namun marwah NU. Mereka (para tokoh parpol) tidak sadar jika intrik ini akan menurunkan derajat marwah tokoh NU jika ternyata "hembusan" pencalonan Gus Salman sebagai wakil bupati hanya tik-tok kan belaka itu terbukti untuk dibuat uji coba saja, hanya untuk kepentingan personal bukan benar-benar untuk keumatan.
Hal ini berlaku juga issue untuk mantan ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar (Tokoh NU Jawa Timur) yang digadang jadi calon gubernur Jawa Timur, apakah juga tulus atau sekedar tes ombak. Masih ingat kasus Rhoma Irama, Machfudz MD, Achmad Dhani yang di prank dijanjikan hal yang hampir sama, na'udzu billahi min dzalik.
_____
Catatan ini juga akan melihat dari sisi sang kepala desa yang juga pengusaha ternak tersebut, semoga beliau juga mendapat rekomendasi sebagai calon bupati dari partai putrinya sendiri yang kebetulan menjadi ketua partai di tingkat kabupaten.
Jangan sampai sang pengusaha yang sekaligus kepala desa ini dianggap salah langkah oleh pimpinan pusat dari partai putrinya, karena telah menggalang dukungan pada partai lain padahal partai putrinya belum memberikan rekomendasi secara resmi.
Kira-kira sang pengusaha ini saat mendapatkan rekom dari parpol yang akan menduetkan dengan gus Salman itu mengeluarkan anggaran tidak? Biasanya sih tidak ada makan siang gratis...
Kalaupun benar tidak ada makan siang gratis, maka...
Kemana aliran "upeti" rekom dari sang pengusaha tersebut....siapa saja yang menikmati..? Apakah ada jaminan bahwa sang pengusaha ini akan direkom sampai last menit betulan, di rekom sampai saat pendafataran di KPUD, jangan jangan juga akan diputus sepihak dengan bermacam dalih ....semuanya bisa terjadi sebab ini politik, namun kita berharap semoga sang kepala desa yang terkenal kedermawanannya ini benar-benar mendapatkan rekomendasi partai yang diharapkan agar suhu politik kabupaten Jombang tetap adem ayem tentrem menjelang Pilkada.
Semoga tokoh tokoh NU kita diberi kekuatan ke-terang-an hati mampu melihat dengan hati yang bersih siapa yang ikhlas dan siapa yang sekedar ngePrank, mumpung belum terlalu jauh melangkah.